Selasa, 14 Desember 2010

Komunikasi Efektif dengan Anak

Terkadang apa yang kita sampaikan ke anak tidak efektif tersampaikan atau dengan kata lain tujuan dari penyampaian tidak tercapai, bahkan yang ada justru suasana bersitegang. Misalnya, bukannya anak jadi nurut yang ada justru adu mulut. hal ini bisa terjadi karena cara komunikasi yang kurang tepat. Orang tua bermaksudnya sayang anak menangkapnya mengekang, bukannya anak jadi diam malah justru tambah rewel. Coba Perhatikan beberapa contoh kasus berikut :






Peristiwa 1: orangtua dan anak dalam sebuah mobil angkutan umum
  • “Bu, aku haus. Aku ingin minum.”
o   “Nggak disini.”
  • “Bu, haus…Aku ingin minum sekarang!”
o   “Ibu tidak bawa minum sekarang. Tahan dulu.”
  • “Haus, Bu. Mau minum sekarang!”
o   “JANGAN merengek terus, dong!”
[Anak menangis. Orang tua dan anak akan terus berdebat. Anak semakin haus, orang tua semakin jengkel].


Akan lebih baik jika:

  • “Bu, aku haus. Aku ingin minum”
o   “Sayang, haus, ya?”
  • “Iya…”
o   “Enak sekali, ya, kalau sedang haus seperti ini, ada minuman segar.”
  • “Iya…”
o   “Ibu tahu kamu sedang haus dan ibu juga tahu kamu bisa menahan haus. Setelah menemukan warung yang jual minuman dan kita bisa berhenti, kita beli minum. Kamu boleh pilih minuman yang kamu suka. Oke?”

Peristiwa 2: seorang ayah yang sedang sibuk bekerja, dan anaknya datang dengan mainannya yang rusak
  • “Ayah, mainanku rusak. Tolong benerin dong, Yah!”
o   “Tunggu ya, Nak. Ayah sedang sibuk.”
  • “Ayah, tolongin, dong. Aku mau main!”
o   “Memangnya kamu nggak bisa benerin sendiri?” [ayah mulai jengkel]
  • “Nggak bisa. Ini susah! Bantuin dong…” [anak mulai jengkel]
o   “Tunggu dulu, ah. Ayah masih sibuk. Coba lagi!” [ayah mulai jengkel]
  • “Ayaaah…!” [anak mulai jengkel]
o   “Kamu nggak lihat ya, ayah sedang apa?!” [ayah bertambah jengkel]
  • “Ayah jahat!” [anak mulai membentak]
[Selanjutnya ada dua kemungkinan. Ayah akan membantu anaknya dengan perasaan jengkel atau ayah tidak mempedulikan rengekan si anak].


Akan lebih baik jika:

  • “Ayah, mainanku rusak. Bisa tolong bantu benerin?”
o   “Rusak, ya?” [ayah sambil bekerja]
  • “Iya, nih. Tadi nggak sengaja patah.”
o   “Sudah coba benerin sendiri?” [ayah masih tetap bekerja]
  • “Iya, tapi susah.”
o   “Apanya yang susah, Nak?”
[Anak bercerita mengenai kesusahannya, sementara si ayah masih tetap bisa bekerja].
o   “Hmm…menurutmu, yang tidak susah bagaimana?”
[Anak mungkin bercerita mengenai yang tidak susah sementara ayah tetap bekerja].
o   “Wah, kamu bisa mencobanya dong?”
  • “Hmm…Mungkin…” [awalnya terlihat ragu]
o   “Coba lakukan saja. SEKARANG.” [Bila anak masih merasa kesusahan]
o   “Oke, Ayah akan membantumu SETELAH ayah menyelesaikan pekerjaan ini. Setuju?”

Tips lainnya:

Hindari bentuk perintah, susun dalam bentuk permintaan :


Memerintah : 
Singkirkan itu.
Meminta :
Ayo kita rapikan kamar ini. 
Kamu mau kan menyingkirkan itu?

Memerintah : 
Jangan memukul adikmu.
Meminta : 
Tolong, mulai sekarang, jangan lagi memukul adikmu. 
Ayo kita berusaha hidup rukun.

Memerintah : 
Jangan berbicara.
Meminta :
Mari kita tenang sebentar dan mendengarkan kata ibu. 

Memerintah : 
Ikat tali sepatumu.
Meminta : 
Ayo kita siap-siap. Ayo, ikatkan tali sepatumu.

Berikan Pilihan

Contoh :

Tanpa pilihan :
Bersihkan kamarmu dan lakukan sekarang

Memakai pilihan
Kamu mau membersihkan kamarmu hari ini atau besok sebelum berangkat sekolah?
Atau
Kamu mau membereskan tempat tidur dulu atau merapikan mainan?
Atau
Kamu mau membersihkan kamarmu sendiri atau perlu bunda bantu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar